Sunday, November 29, 2009

Campur-campur

Idul Adha kali ini, adikku yang kerja di Jakarta (akhirnya) pulang. Setelah pada Idul Fitri kemarin tidak bisa pulang kampung. So, awal-awal dia di Jogja, Ay pun "diculik" dia. Bermula pada Kamis pagi ketika dia baru tiba di Jogja. Pas banget, pada Kamis sore, aku ada tenggat waktu naskah yang sedang diburu kejar cetak secepatnya. Ada babysitter, nih ....

Jumat, aku dan suami berangkat ke rumah orang tua suami untuk sholat idul adha bersama.

Sabtu pagi aku pergi ke dokter kulit untuk memeriksakan jempol kakiku yang buruk rupa.
Harus ke dokter! Sementara itu, suamiku nganter Bapak ke sebuah acara pernikahan. Aysha? sama tantenya duong ....

Lama banget ... nunggu obat di rumah sakit itu. Antre racikan ....

Setelah dua jam berada di rumah sakit, aku meluncur ke rumah. Dasar emak-emak, yang diingat jemuran (berhubung si mbak libur). Pas seusai aku menjemur ... aku ditelpon adikku.

"Kak, wakning meninggal ...."

What???

Wakning ialah kakak (alm) papaku (kakak nomor 3, sedangkan papa no 5). Dua anak beliau pernah kuliah di Jogja dan tinggal di rumah keluarga kami. Hingga adikku memutuskan hubungan telepon, aku masih tidak percaya. Memang, wakning sempat masuk rumah sakit dua minggu sebelumnya. Kabarnya, kecapekan. Namun, tidak ada kabar mengkhawatirkan. Dan, kata Mama, Wakning sudah sempat pulang ke rumah.

Pagi itu (Sabtu), Wakning masuk ICU. Pukul 13.15, adik Mama telepon mengabari bahwa Wakning sedang dipasang alat bantu. Namun, di tengah-tengah pembicaraan, ada kabar Wakning meninggal.

Padahal, sore itu keluarga pacar adik iparku akan datang ke rumah. Aku pun habis membeli kue untuk acara sore itu dan masih tergeletak di jok mobil.

Hhhhhhh ....

Aku langsung meluncur ke rumah mertua menjemput suamiku, lalu pergi ke rumah keluargaku. Mama berangkat ke Jakarta. Tiket adikku tidak bisa dimajukan. Jogja biasalah rame kalau lagi long weekend. Semua penerbangan sold out .... Namun, Mama akhirnya bisa dapat tiket untuk flight Garuda terakhir hari itu.

Dengan perasaan masih tak menentu, aku, suami, dan Ay berangkat ke rumah mertua.

Banyak hal yang terlintas. Aku merasa agak tidak nyaman karena tidak bisa berangkat. Aku teringat bagaimana Kak Lia dulu bantu-bantu ketika Papa meninggal. Dan masih banyak hal lainnya ....

Hal yang lebih memilukan, kepergian Wakning belum ada setengah tahun setelah kepergian Papi (kakak Papa pas di atas Wakning).

Lebih memilukan lagi, Kak enti (anak sulungnya) baru sekitar dua tahun ditinggal wafat suaminya.

Oh .... (mungkin berlanjut).

No comments:

Post a Comment